Senin, 15 Agustus 2016

 20.24.00         No comments
Joseph Kam (1769-1833) adalah seorang misionaris Kristen Protestan yang bekerja di wilayah Maluku dan sekitarnya. Joseph Kam berasal dari Belanda, bekerja sebagai pendeta sekaligus misionaris di Maluku. Ia mendapat gelar Rasul Maluku oleh masyarakat Kristen di sana karena jasanya dalam perkembangan kekristenan di tanah Maluku.
Joseph Kam lahir di bulan September 1769. Ayahnya Joost Kam, seorang pemangkas rambut dan pedagang kulit di ´s-Hertogenbosch, Belanda. Keluarga Kam sebenarnya berasal dari Swiss, namun kakeknya, Peter Kam pindah ke Belanda dan menikahi seorang gadis Belanda. Keluarga Kam adalah anggota Gereja Hervormd (Reform) yang dipengaruhi semangat pietisme Herrnhut, dan punya hubungan dengan kelompok Herrnhut di Zeist. Kelompok ini memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan Joseph Kam.
Setelah Kam selesaikan pendidikan dasar dan menengah, ia membantu ayahnya dalam usaha perdagangan kulit. Kam sering mengunjungi Zeist dan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan komunitas Herrnhut.Lalu timbul keinginan dalam diri Kam untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal kekristenan, tetapi ia harus menahan keinginannya selama bertahun-tahun karena orangtuanya tidak ingin ia menjadi penginjil. Orangtuanya menginginkan Kam tetap membantu usaha perdagangan kulit mereka.
Tahun 1802, ayah dan ibu Kam meninggal, dan usaha perdagangan kulit semakin merosot. Kam kemudian bekerja sebagai pesuruh di Mahkamah Nasional, dan Kam menikah pada tahun 1804. Dua bulan setelah anaknya yang pertama lahir, istri Kam meninggal dan beberapa bulan kemudian anak pertamanya meninggal karena sakit kejang-kejang. Pengalaman ini membuat Kam memutuskan untuk menjadi seorang misionaris.
Ke Batavia, Surabaya, dan Ambon.

Tahun 1814, Kam berusia 44 tahun tiba di Batavia bersama kedua rekannya, Brückner dan Supper. Sebenarnya mereka berniat untuk bekerja di tengah-tengah masyarakat yang belum Kristen. Namun, Indische Kerk lebih memprioritaskan pemeliharaan jemaat-jemaat yang sudah ada. Brückner ditempatkan di Semarang, dan Kam sendiri ditempatkan di Ambon.
Pertengahan tahun 1814, perjalanan Kam ke Ambon harus terhenti di Surabaya karena tidak ada kapal yang berlayar ke Ambon. Di Surabaya, ia bertemu dengan seorang pedagang arloji asal Jerman, Johannes Emde, yang sangat peduli dengan penginjilan di kalangan orang Jawa. Kam turut berjasa menanamkan kesadaran akan panginjilan di dalam diri Emde. Selain itu, Kam juga membentuk komunitas kecil Orang-orang Saleh Surabaya, yang giat dalam penginjilan. 

Pada Maret 1815 Kam tiba di Ambon. Sebelumnya sudah ada Jabez Carey, seorang misionaris Baptis - anak dari William Carey, misionaris di India yang terkenal - melayani di Maluku. Karena perbedaan pemahaman mengenai baptisan (Kam menerima pembaptisan terhadap anak-anak, sedangkan Carey menolaknya), Carey akhirnya meninggalkan Maluku tahun 1818. Setibanya di Ambon, Kam langsung memulai pekerjaannya untuk menghidupkan kembali kekristenan di Ambon yang sudah lama diterlantarkan
sesudah bubarnya VOC di Indonesia pada tahun 1799. Oleh jemaat-jemaat di Maluku, Kam diberi gelar "Rasul Maluku".. 

Dalam pelayanannya di Maluku, Kam melakukan semua tugas seorang pendeta, seperti berkhotbah, mengunjungi jemaat-jemaat di pedalaman, memperdamaikan perselisihan dan pertengkaran, dan melayani sakramen-sakramen. Kam juga meninjau pekerjaan para guru jemaat dan membantu mereka dalam mengajar. Ia juga aktif dalam mengembangkan bacaan-bacaan Kristen, seperti Alkitab, Mazmur, Katekismus, dan khotbah-khotbah untuk jemaat-jemaat yang tidak memiliki pendeta atau guru jemaat. Ia juga memperjuangkan agar Kota Ambon menjadi pusat penginjilan di Hindia Belanda bagian Timur. Tak lama setelah Kam tiba di Ambon, ia menikahi seorang perempuan Indo-Belanda, Sara Maria Timmerman, yang setia mendampinginya sampai akhir hidupnya. Istri Kam sangat membantunya dalam pelayanan. Ia mengajarkan Bahasa Melayu kepada para misionaris yang baru datang dari Eropa. Mereka berdua menjadi pembimbing bagi para tenaga baru ini. 

Tahun 1819 di Ambon, Kam membuka sekolah untuk mendidik orang Ambon menjadi guru yang dapat mengajar dengan lebih baik di gereja dan di sekolah.
Karya Kam di Maluku sangat menginspirasi masyarakat Maluku. Oleh karena itu, muncullah berbagai kisah mengenai Joseph Kam, Rasul Maluku, yang diceritakan secara turun-temurun. Kisah yang paling terkenal adalah mengenai Hamman Pardidu, yang dikutuk tidak diterima bumi ketika mati, karena durhaka kepada ibunya. Lalu Kam melepaskan kutuk itu darinya sehingga Hamman dapat dimakamkan dengan layak. Ada banyak lagi kisah-kisah ajaib yang dilakukannya semasa ia berkarya di Maluku, dan sampai sekarang masih terus diceritakan. 

Kam terus saja mengadakan perjalanan keliling mengunjungi jemaat-jemaat sampai ia akhirnya meninggal. Kam menderita sakit parah dalam perjalanannya ke Maluku Tenggara, sehingga ia terpaksa kembali ke Ambon. Segala usaha untuk menyelamatkan jiwanya tidak berhasil. Joseph Kam meninggal pada tanggal 18 Juli 1833 setelah berjerih payah selama 20 tahun lamanya di Maluku.

Kam akan terus dikenang sebagai Rasul Maluku sebagaimana ditulis di atas batu nisannya di Ambon.

Butuh layanan doa dari kami silahkan menghubungi kami di nomor 0888 0850 5162 / 0813 8028 3086

0 comments:

Posting Komentar

Recent Post

Layanan Doa

WhatsApp: Call Center : 0819 0707 9179

Event

Diberdayakan oleh Blogger.

Gallery

ada jawaban

VIDEO