|
Setiap manusia tidak pernah luput dari pergumulan hidup.
Demikian pula dengan pemazmur. “Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada
Allah” (77:2), merupakan penekanan doa pemazmur karena situasi sulit yang
tengah dihadapinya. Saat mencari Allah dan mengingat-Nya, yang ia rasakan
justru rintihan dan kelelahan rohani, bukan ketenangan. Oleh karena itu, ia
bertanya, “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati
lagi? ….” (77:8-10). Pemazmur merasa bahwa Allah melupakan dan menolak dia, bahkan
dia menganggap perjanjian anugerah tidak berlaku lagi baginya. Namun,
sebenarnya tidak demikian. Akhirnya dia pun sadar bahwa perkataannya tidak
benar sehingga dia menegur dirinya sendiri (77:11).
Kesadaran di atas mengingatkan pemazmur kepada perbuatan
Allah di masa lampau, yaitu bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Dia melindungi ciptaan-Nya, dan tidak ada
yang lain selain Tuhan yang telah mengikat perjanjian dengan umat-Nya. Pemazmur
mengingat kebesaran-Nya, keajaiban-Nya, dan pekerjaan-Nya. Mengingat semuanya
itu menjadi obat penawar yang ampuh untuk melawan ketidakpercayaan terhadap
janji dan kebaikan-Nya, dan membuat ketakutan kita berganti dengan terang dan
sukacita.
Saat mengalami berbagai pergumulan pelik di dalam hidup,
seringkali keluhan, frustasi, ketidaknyamanan, dan kelelahan menguasai hidup
kita sehingga menggeser posisi Tuhan. Perasaan-perasaan demikian tidak akan
membuat hidup menjadi lebih baik, tetapi justru membuat hidup menjadi semakin
terpuruk. Ketika mengalami pergumulan, ingatlah segala perbuatan dan anugerah
Tuhan, sebab Dia lebih besar dari pada pergumulan kita. Perbuatan dan anugerah
Tuhan itulah yang akan memberikan kekuatan, sekaligus memulihkan hidup kita.
Sumber : www.saatteduh.wordpress.com
0 comments:
Posting Komentar