Renungan : 1 Tesalonika 5:16-18
Jeni selalu diajar oleh Tuhan untuk selalu mengucap syukur di dalam hidupnya. Ketika anak pertamanya lahir, ia dan suaminya belum mampu membeli sebuah mobil, karena memang keadaan ekonomi keluarganya sangat terbatas. Namun, Tuhan membuka jalan dengan cara yang lain, suaminya diberi fasilitas mobil dari kantornya. Dengan mobil itu, paling tidak Jeni sekeluarga tidak harus kehujanan, kepanasan, dan tidak harus kena debu saat pergi ke suatu tempat. Jeni selalu mengingatkan anak-anaknya untuk bersyukur atas pemeliharaan Tuhan di dalam hidup mereka.
Memang mengucap syukur dalam keadaan yang menyenangkan akan jauh lebih mudah daripada saat dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Sampai suatu hari Jeni harus belajar mengucap syukur dalam keadaan yang tidak menyenangkan.
Oleh karena anugerah Tuhan, Jeni dan suaminya memiliki kesempatan membangun rumah untuk sebuah keluarga yang tidak mampu. Dari tindakan ini terbukti bahwa Jeni dan suaminya bukanlah orang yang egois. Mereka memikirkan kehidupan orang lain juga. Bahkan mereka juga sempat membantu menyekolahkan anak orang lain. Namun saat mereka harus merenovasi rumah sendiri, mereka harus menghadapi suatu masalah yang besar. Suami Jeni di-PHK oleh kantornya untuk menekan biaya perusahaan. Sementara itu cicilan biaya renovasi masih harus dibayar setiap bulannya dengan jumlah yang tidak sedikit. Masalah ini membuat mereka kebingungan, terlebih lagi keadaan ekonomi sekarang ini kerap kali membuat sakit kepala. Sampai-sampai Jeni yang biasanya rajin menyobek kalender harian, tidak lagi melakukannya karena kalau sudah mendekati tanggal pembayaran, Jeni tidak sanggup melihatnya. Di dada Jeni terasa perih dan perut pun ikut mual.
Di saat itulah Jeni sekeluarga diajar oleh Tuhan untuk tetap bersyukur apa pun situasinya. Saat renungan ini ditulis, masalah mereka belum selesai. Bahkan, Jeni sekeluarga memutuskan untuk menjual rumah yang sudah direnovasi untuk membayar sisa biaya renovasinya. Masalah ini memang berat bagi mereka sekeluarga, namun saat mereka tetap belajar mengucap syukur walau dalam keadaan seperti itu, sukacita dalam keluarga mereka pun tetap hadir. Alhasil, Jeni dan keluarganya belajar untuk tidak kecewa terhadap Tuhan, ia sangat yakin bahwa Tuhan akan selalu mengasihi dan memelihara hidupnya dan keluarganya. Dengan itu, Jeni sekeluarga sudah mengalahkan situasi sulitnya.
Bukan keadaan yang baik dan materi yang membuat kita bahagia, tetapi hati yang mau bersyukur kepada Tuhan yang akan membuat kita bahagia dan kuat dalam menjalani hidup ini. Untuk itu, mari kita tetap belajar mengucap syukur sekalipun saat ini keadaan sangat sulit. Jangan biarkan situasi sulit merenggut sukacita kita. Berserahlah kepada Tuhan, Ia ahlinya memberi jalan keluar yang unik, dan tetaplah bersyukur!
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes 5:18)
Sumber : Manna Sorgawi
0 comments:
Posting Komentar